Stigma ODP dari Warga, Satu Keluarga di Sulut Terpaksa Tinggal di Hutan Dalam Mobil

TELISIKNEWS.COM,SULUT – Satu keluarga terpaksa harus isolasi diri di hutan dalam mobil pick up miliknya. Keluarga Elly Lasaheng dan Agustin Sigarlak bersama anak bungsunya, asal Desa Winetin, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Stigma buruk yang timbul di tengah-tengah masyarakat terkait hal apa pun yang bersinggungan dengan virus corona, memaksa satu keluarga ini harus meninggalkan rumahnya.

Bacaan Lainnya

Keluarga Lasaheng-Sigarlaki tak pernah menyangka jika mereka terpaksa harus tinggal di dalam hutan. Mereka membuka tenda di hutan serta memasangkan terpal, setelah mereka seperti dikucilkan oleh warga di desa tersebut.

Berawal dari ketika Dinas Kabupaten Minahasa Utara mendatangi mereka beberapa waktu lalu. Saat itu, menurut keduanya, petugas Dinas Kesehatan menggunakan peralatan Alat Pelindung Diri (APD) untuk melakukan pemeriksaan.

“Entah mengapa, kami disebut sebagai ODP (Orang dalam Pengawasan). Mungkin karena rumah pasien positif virus corona berjarak tak jauh dari rumah kami,” kata Agustin.

Menurut Agustin, sejak kedatangan Dinas Kesehatan berpakaian APD lengkap itu, ada perubahan yang terjadi. Warung yang dibuka keluarga ini, tiba-tiba menjadi sepi. Tidak ada satupun warga yang datang untuk belanja di warung tersebut. Padahal, warungnya cukup ramai sebelum kejadian ini.

“Kenapa dari pagi sampai malam tidak ada satupun orang datang belanja. Padahal, warung kami ini lumayan ramai,” tanya Agustin menirukan kebinggungannya.

Agustin waktu itu masih berprasangka baik. Namun, hari-hari ke depan suasana terlihat sekali mereka seperti dikucilkan dari masyarakat. Tak hanya itu, saat pembagian bantuan dari Pemerintah, hanya keluarga mereka saja yang tidak mendapatkan bantuan.

Foto Keluarga Elly Lasaheng dan Agustin

“Bahkan hukum tua di desa kami, waktu kasih tahu kami belum dapat bantuan, itu dia bicara dari kejauhan. Kami tentunya merasa sangat dikucilkan. Inilah yang kemudian muncul ide kami untuk tinggal saja di hutan, daripada terasa diasingkan,” ujarnya.

Rencana untuk tinggal di hutan akhirnya benar-benar dilakukan, setelah pasien positif corona di desa nya meninggal. Agustin mengaku, karena ketakutan, akhirnya memilih untuk tinggal di hutan.

“Waktu dengar meninggal (pasien corona), saya ketakutan sampai menggigil dan kencing-kencing saking takutnya. Yah, karena sudah seperti itu, kami putuskan untuk tinggal di hutan saja,” tutur Agustin.

Sementara, saat ini Agustin dan keluarganya sudah dua kali pindah tempat tinggal. Pertama di bibir sungai. Tapi, karena takut air meluap, kemudian pindah ke daerah yang sedikit jauh tapi masih di area sungai tersebut.

Diceritakannya, selama tinggal di hutan, belum pernah lagi meninggalkan tempat tersebut, sekalipun itu malam hari. Menurutnya, mereka masih lebih merasa tenang, karena takut dengan stigma yang nantinya diberikan.

“Ya kami disini sekaligus isolasi dulu. Nyamuk, dingin dan yang lain tentu kami rasakan. Tapi, biarlah dulu sampai kondisi membaik,” tutur Agustin.

 

Editor : Nikson Juntak

Sumber: manadobacirita dan FB Kiky R.Kantohe

Pos terkait

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan oleh advertiser. Wartawan Telisiknews.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.