Ruliana Nainggolan : Pelukan Terakhir Keponakanku dan 12 orang Ikut Jadi Korban Tenggelam di Danau Toba

TELISIKNEWS.COM, MEDAN – Suasana duka yang dalam dirasakan oleh keluarga besar Ruliana Nainggolan. 12 orang dari keluarganya ikut menjadi korban dalam tenggelamnya KM Sinar Bangun.

Ruliana tidak dapat menahan kesedihannya, dengan berurai air mata menceritakan kejadian yang menimpa keluarganya.

Bacaan Lainnya

“12 halak keluargakku mago. Dang tarandungkon ahu be on. Itokku, paramanku, edaku. ( 12 orang keluargaku hilang. Tidak dapat saya tangisi lagi. Adekku, itokku dan keponakanku),” ujar Raulina Nainggolan (52 tahun) penuh kesedihan sambil berciuman air mata menceritakan.

Ia menceritakan, keluarganya yang hilang antara lain: Ledikson Nainggolan dan istrinya Lilis Lubis serta tiga anaknya yaitu Bungaran Nainggolan, Asri Nainggolan dan Nikolas Nainggolan.

Kemudian, Hotman Nainggolan, Dorman Nainggolan, Basaria Nainggolan, Astri Nainggolan, Jonveldi Nainggolan, Melinton Simatupang dan Hasiholan Sidabutar.

Menurut Ruliana, kedatangan keluarga di Samosir karena sebelumnya menghadiri prosesi pesta tugu Sehingga, mereka pulang ke kampung memboyong anak-anaknya dari Jakarta dan Pematang Siantar. Tangisnya.

Beserta keluarga lainnya, Ruliana masih ikut mengantar saudara kandung dan keponakannya ke Pelabuhan Ferry dengan menaiki mobil sekitar pukul 4 sore. Kemudian, sebelum kapal berangkat, mereka langsung berpisah dan Ruliana meninggalkan pelabuhan untuk bertolak ke Tarutung, Tapanuli Utara.

Namun, malam hari mereka mendapat kabar dari Siantar. Saat itu masih di Dolok Sanggul, akhirnya memutar arah untuk kembali ke Pelabuhan Simanindo, Samosir.
“Tante, orang bapak berangkat jam berapa. Katanya ada kapal tenggelam,” sebutnya menirukan ketika mendapat kabar buruk itu dari keluarganya di Siantar. Ucap Ruliana.

Ruliana menuturkan, sebelumnya dia telah mengajak para keluarganya untuk tidak pulang. Bahkan, dia bersikeras agar mereka dapat lebih lama di Samosir dan rencananya mau diajak ke kediamannya di Tapanuli Utara.

“Padahal sudah kubilang, daripada kalian capek, jangan pergi. Sehari ini mau ke berwisata ke Bulbul kian kami naik mobil melalui Tele. Ikkon hu Siantar jo asa tu Tarutung ( Dari Siantar dulu baru ke Tarutung ).

Sedih kali kurasa, apalagi keponakanku yang kelas empat si Jonveldi sudah minta ikut, tapi gak di kasih bapaknya,” ujar Ruliana sedih.

Kejadian ini merupakan duka yang sangat mendalam. Sebelumnya, saat perpisahan terakhir, keponakanku mencium aku berkali – kali lalu dan memeluknya.

“Mungkin itu perpisahanku semalam. Aku dipeluk sebelum pulang. Aku sedih kali. Sekelurga dalam lima orang hilang di Danau Toba. Lalu ada yang lain. Aku jumpa sama paraman (mereka) sudah sejak kecil,” ungkapnya.

Sementara itu, Maria Sidauruk yang juga keluarga dekat korban di Samosir menjelaskan, dia masih melihat kapal naas itu bertolak dari Dermaga Simanindo menuju Tigaras. Saat mulai meningalkan Dermaga, dia dan keluarga yang hilang saling memberikan lambaian tangan terakhir.

Namun, saat itu juga perasaanya mulai tidak nyaman melihat kondisi kapal yang kian padat. “Kapal itu membawa penumpang dengan jumlah yang banyak. Di kiri kanan sepeda motor bahkan berlapis dua,” tuturnya.

Seperti yang dia saksikan, ketika hendak menuju Tigaras kepala kapal sudah mulai oleng. Lalu ombak yang semakin kencang ditengah danau. Saat itu masih dilihat dari daratan bahwa kapal sudah di tengah mengoyang.

“Pas kapal bertolak, aku sudah agak enggak enak. Kukihat padat kali. Terus agak oleng. Habis itu aku pun pergi meninggalkan Pelabuhan Simanindo ini,” pungkasnya. (redaksi )

Pos terkait

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan oleh advertiser. Wartawan Telisiknews.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.