Keterwakilan Perempuan di Legislatif Sedikit, Rusmini Simorangkar Coba Suarakan Kembali Semangat Itu

Rusmini Simorangkir, caleg dari Partai Golkar (dok)

TELIAIKNEWS.COM,BATAM – Keterwakilan perempuan dalam politik dinilai penting untuk memperkuat partisipasi perempuan dan mendorong pengambilan keputusan berperspektif gender. Di Indonesia hal ini belum sejalan karena aturan yang mendorong peningkatan jumlah perempuan tidak serta merta menambah jumlah kebijakan pro-perempuan.

Rusmini Simorangkir menyuarakan terkait
minimnya keterwakilan perempuan di parlemen tingkat Kota Batam yang jarang menjadi sorotan masyarakat. Padahal, keterwakilan perempuan memiliki peran penting dan strategis dalam mengakomodir kebijakan-kebijakan yang mendukung kepentingan perempuan dalam pembangunan.

Bacaan Lainnya

“Sangat meresahkan kondisi keterwakilan perempuan di DPRD Kota Batam yang tiap periode makin sedikit, sementara suara perempuan sangat penting dalam pembangunan ,” ungkap Rusmini Simorangkir, alumni Politeknik ITB pada media ini, Senin (29/5/2023).

Mantan anggota DPRD Kota Batam periode 2009-2014 ini juga mendorong supaya keterwakilan perempuan yang minimal 30 persen bukan hanya dipencalonan saja. Namun menjadi dan harus terealisasi dalam jumlah keterwakilan untuk duduk di parlemen.

“Memang sangat disayangkan. Sekalipun ia (kaum perempuan) mempunyai kemampuan namun masih sangat sulit untuk menerobos atau terpilih,” ujarnya.

Jika pada pemilu tahun 1999 hanya ada sembilan persen perempuan di badan legislatif, pada pemilu tahun 2004 naik menjadi 11,8 persen. Namun pada pemilu tahun 2009 melonjak hingga 17,86 persen, pada pemilu 2014 angkanya agak turun di 17,32 persen, dan baru naik stabil kembali pada pemilu 2019 yaitu di 20,52 persen. Tetap belum mencapai kuota 30 persen yang didorong lewat berbagai undang-undang.

Perjuangan keterwakilan perempuan di Parlemen tidak bisa hanya disuarakan oleh segelintir perempuan saja. Namun perjuangan itu harus menjadi keresahan banyak perempuan yang lain.

“Tahun 2009 lalu kami cukup suara terbanyak dan pertama kali suara terbanyak tersebut keterwakilan perempuan. Itu luar biasa ada 10 anggota dewan yang dari kaum perempuan,” tuturnya.

Dikatakan Rusmini bahwa, saat ini gaung dari keterwakilan perempuan itu masih sebatas gaung saja. Untuk itu, sidah saatnya ada Undang-undang yang dapat mengakomodir keterwakilan jumlah perempuan di parlemen Artinya jumlah keterwakilan yang hanya segelintir ini perlu ditingkatkan jumlahnya.

“Secara nyata kalau di Parlemen itu memang wajib perempuan itu harus duduk. Itu lebih kepada potensi-potensi perempuan,” pintanya.

Selain soal keterwakilan perempuan, Politisi partai Golkar yang kini kembali mencalonkan diri di DPRD Kota lewat daerah pemilihan (Dapil) Batam Kota-Lubuk Baja itu juga menyinggung soal sistem perhitungan di pemilu 2024 mendatang.

Belum adanya keputusan mengenai proporsional terbuka atau proposional tertutup terus terang menjadikan langkah para calon legislative (Caleg) menjadi gamang.

“Jika nanti keputusannya adalah proporsional tertutup, maka semangat juang kita itu menjadi terdegradasi,” ungkap Rusmini.

Ia mengatakan, banyak orang menganggap proposional terbuka itu cenderung negatif. Kawan jadi lawan, bahkan korups.

“Saya rasa itu pola pikir yang terlalu dangkal. Di mana-mana kalau mau mendapatkan sesuatu harus dengan proses bertarung atau berusaha,” tegasnya.

Sebaliknya, jika anggota parlemen menjabat karena ia ditunjuk dan sudah hilang aura pertarungannya, maka semangat juangnya tidak muncul.

“Kalau besok ternyata fix (pasti) proposional terbuka, maka saya akan bertarung di situ. Dan saya pastikan bahwa saya itu masih Rusmini yang dulu yang mau mengabdi kepada masyarakat,” pungkasnya. (mir).

Editpr : Nikson Juntak

Pos terkait

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan oleh advertiser. Wartawan Telisiknews.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.